Terjemah Kitab Al Hikam
Minggu, 19 Desember 2021
Tulis Komentar
Terjemah Kitab Al Hikam
Kitab Al-Hikam adalah buah karya Syekh Ibnu Atha'illah, mursyid ketiga dari
Thariqah Syadziliyah. Adapun pendiri pertama Syadziliyah adalah Syekh Abu
Hasan Ali Asy-Syadzili, seorang Maroko yang kemudian menetap di Iskandariah,
Mesir dan wafat pada 1258 M. Penggantinya adalah Syekh Abu Abbas Al-Mursi,
yang berasal dari Murcia, Andalusia, Spanyol (wafat di tahun 1287 M), yang
sepeninggalnya dilanjutkan oleh Syekh Ibnu Atha'illah.
Syekh Ibnu Atha'illah hidup di Mesir di masa kekuasaan Dinasti Mamluk.
Beliau lahir di kota Alexandria (Iskandariyah), Mesir, lalu pindah ke Kairo.
Di kota inilah beliau menghabiskan hidupnya dengan mengajar Fikih Mazhab
Imam Maliki di berbagai lembaga intelektual.
Ibn Atha'illah tergolong ulama yang produktif. Tak kurang dari 20 karya yang
pernah dihasilkannya. Karya itu meliputi bidang tasawuf, tafsir, akidah,
hadits, nahwu, dan ushul fiqh. Dari beberapa karyanya itu yang paling
terkenal adalah Kitab Al-Hikam yang disebut-sebut sebagai magnum opus
beliau.
Al-Hikam adalah sebuah kitab yang diperuntukkan bagi para pejalan (salik),
yang di dalamnya berisi panduan lanjut bagi setiap pejalan untuk menempuh
perjalanan spiritual. Al-Hikam berisi berbagai terminologi suluk yang ketat,
yang merujuk pada berbagai istilah dalam Al-Qur'an.
==============
Judul kitab asal : متن الحكم العطائية
Penulis : Ibnu Athaillah Al-Iskandari (ﺍﺑﻦ ﻋﻄﺎﺀ ﺍﷲ ﺍﻟﺴﻜﻨﺪﺭﻱ)
Nama lengkap : Tajuddin Ahmad bin Muhammad bin Abdul Karim Ibnu Athaillah Al-Sikandari
Nama lengkap dalam bahasa Arab : تاج الدين أبو الفضل أحمد بن محمد بن عبد الكريم بن عبد الرحمن بن عبد الله بن أحمد بن عيسى بن الحسين بن عطاء الله الجذامي
Lahir : 1260 M / 658 H
Asal : Iskandariyah, Mesir
Wafat : di Kairo, Mesir, 1309 M / 709 Hijriah
Bidang studi : Tasawuf
Daftar Isi
- Jangan Menunda Amal Baik
- Menjauhi Maksiat
- Cahaya Hati
- Tanda Amal yang Diterima
- Waktu Terbaik
- Manfaat Shalat
- Malulah Saat Dipuji
- Cara Mengenal Allah
- Tutur kata yang Bijak
- Tujuan Dzikir
- Tujuan Syariah
- Ilmu Manfaat
==============
Al-Hikam dan Terjemahannya
1. مِنْ عَلامَةِ الاعْتِمادِ عَلى العَمَلِ *** نُقْصانُ الرَّجاءِ عِنْدَ وُجودِ الزَّللِ.
Salah satu tanda bergantungnya seseorang kepada amalnya adalah kurangnya raja’ (harapan terhadap rahmat Allah) tetkala ia mengalami kegagalan (dosa)
2. إرادَتُكَ التَّجْريدَ مَعَ إقامَةِ اللهِ إيّاكَ في الأسْبابِ مِنَ الشَّهْوَةِ الخَفيَّةِ، وإرادَتُكَ الأَسْبابَ مَعَ إقامَةِ اللهِ إيّاكَ فِي التَّجْريدِ انْحِطاطٌ عَنِ الهِمَّةِ العَلِيَّةِ.
“Keinginanmu untuk tajrid (meninggalkan keinginan duniawi, termasuk mencari rezeki) padahal Allah telah menetapkan engkau pada asbab (usaha, diman allah telah membekali manusia dengan sarana penghidupan), adalah termasuk dalam bisikan syahwat yang samar. Sebaliknya, keinginanmu untuk melakukan asbab padahal Allah telah menempatkanmu pada kedudukan tajrid, adalah suatu kemerosotan dari himmah (tekad spiritual) yang luhur.”
3. سَوَابِقُ الهِمَمِ لا تَخْرِقُ أَسْوارَ الأَقْدارِ.
Himmah yang kokoh takkan mampu menembus dinding takdir
4. أَرِحْ نَفْسَكَ مِنَ التَّدْبيرِ. فَما قامَ بِهِ غَيرُكَ عَنْكَ لا تَقُمْ بهِ لِنَفْسِكَ.
Istirahatkanlah dirimu dari melakukan tadbir (mengatur urusan duniawi) dengan susah payah. Karena, sesuatu yang telah diurus untukmu oleh selain dirimu (sudah diurus oleh Allah), tidak perlu engkau turut mengurusnya
5. اجْتِهادُكَ فيما ضُمِنَ لَكَ وَتَقصيرُكَ فيما طُلِبَ مِنْكَ دَليلٌ عَلى انْطِماسِ البَصيرَةِ مِنْكَ
Kesungguhamnu mengejar apa yang sudah dijamin untukmu (oleh Allah) dan kelalaianmu melaksanakan apa yang dibebankan kepadamu, itu merupakan tanda butanya bashirah (mata batin)
6. لا يَكُنْ تأَخُّرُ أَمَدِ العَطاءِ مَعَ الإلْحاحِ في الدُّعاءِ مُوْجِباً لِيأْسِكَ. فَهُوَ ضَمِنَ لَكَ الإِجابةَ فيما يَخْتارُهُ لَكَ لا فيما تَخْتارُهُ لِنَفْسِكَ. وَفي الوَقْتِ الَّذي يُريدُ لا فِي الوَقْتِ الَّذي تُرْيدُ.
Terlambat datangnya pemberian (Allah), meski sudah dimohonkan berulang-ulang, janganlah buatmu patah harapan. Karena dia telah menjamin untuk mengabulkan permintaanmu sesuai dengan apa yang Dia pilihkan untukmu, bukan menurut keinginan engkau sendiri. Juga dalam waktu yang Dia kehendaki, bukan pada waktu yang engkau inginkan
7. لا يُشَكّكَنَّكَ في الوَعْدِ عَدَمُ وُقوعِ المَوْعودِ، وإنْ تَعَيَّنَ زَمَنُهُ؛ لِئَلّا يَكونَ ذلِكَ قَدْحاً في بَصيرَتِكَ وإخْماداً لِنُوْرِ سَريرَتِكَ.
Tidak terlaksananya suatu yang dijanjikan oleh Allah, janganlah sampai membuatmu ragu terhadap jajni Allah itu. Ini agar tidak mengaburkan bashirah-mu (pandangan mata batin) dan memadamkan nur (cahaya) hatimu
8. إذا فَتَحَ لَكَ وِجْهَةً مِنَ التَّعَرُّفِ فَلا تُبْالِ مَعَها إنْ قَلَّ عَمَلُكَ. فإِنّهُ ما فَتَحَها لَكَ إلا وَهُوَ يُريدُ أَنْ يَتَعَرَّفَ إِليْكَ؛ أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ التَّعَرُّفَ هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْكَ والأَعْمالَ أَنْتَ مُهديها إلَيهِ. وَأَينَ ما تُهْديه إلَيهَ مِمَّا هُوُ مُوِرُدهُ عَلَيْكَ ؟!
Apabila Allah telah membukakan salah satu jalan makrifat (mengenal Allah) bagimu, maka jangan hiraukan mengapa itu terjadi, walaupun amalmu masih sangat sedikik. Allah membukakan pintu itu bagimu hanyalah karena Dia ingin memperkenalkan diri kepadamu. Tidakkah engkau mengerti, bahwa makrifat itu merupakan anugrah-Nya kepadamu, Sedang engkau mempersembahkan amal-amalmu kepada-Nya.? Maka apalah arti apa yang engkau persembahkan kepada-Nya itu dengan apa yang dianugrahkan oleh Allah kepadamu
9. تَنَوَّعَتْ أَجْناسُ الأَعْمالِ لَتَنَوُّعِ وارِداتِ الأَحْوالِ
Amal itu beragam, lantaran beragamnya keadaan yang menyelinap kedalam hati (jiwa).
10. الأَعْمالُ صُوَرٌ قَائَمةٌ، وَأَرْواحُها وُجودُ سِرِّ الإِخْلاصِ فِيها.
Amal itu merupakan kerangka yang tetap (mati, tidak bergerak), dan ruhnya ialah keikhlasan yang ada (melekat padanya).
11. ادْفِنْ وُجودَكَ في أَرْضِ الخُمولِ، فَما نَبَتَ مِمّا لَمْ يُدْفَنْ لا يَتِمُّ نِتاجُهُ.
Tanamlah wujudmu dalam bumi yang tersembunyi (agar tidak dikenali orang), karena sesuatu yang tumbuh dari benih yang tidak ditanam, maka buahnya tidak akan sempurna.
12. ما نَفَعَ القَلْبَ شَيء مِثْلُ عُزْلةٍ يَدْخُلُ بِها مَيْدانَ فِكْرَةٍ.
Tidak ada yang lebih bermanfaat bagi kalbu sebagaimana uzlah, karena dengan memasuki uzlah (perenungan) pikiran kita jadi luas
13. كَيْفَ يُشْرِقُ قَلْبٌ؛ صُوَرُ الأَكْوانِ مُنْطَبِعَةٌ في مِرْآتهِ؟ أَمْ كَيْفَ يَرْحَلُ إلى اللهِ وَهُوَ مُكَبَّلٌ بِشَهْواتِهِ؟ أَمْ كَيْفَ يَطمَعُ أنْ يَدْخُلَ حَضْرَةَ اللهِ وَهُوَ لَمْ يَتَطَهَرْ مِنْ جَنْابِةِ غَفْلاتِهِ؟ أَمْ كَيْفَ يَرْجو أَنْ يَفْهَمَ دَقائِقَ الأَسْرارِ وَهُوَ لَمْ يَتُبْ مِنْ هَفْواتِهِ؟!
bagaimana hati dapat bersinar, sementara gambar-gambar duniawi tetap terlukis dalam cermin hati itu? Atau, bagaimana hati dapat berangkat menuju Allah, karena masih terbelenggu oleh syahwatnya? Atau, bagaimana mungkin seseorang akan antusias menghadap kehadirat Allah, pabila hatinya belum suci dari “junub” kelalaiannya? Atau bagaimana mungkin seorang hamba bisa memahami kedalaman berbagai rahasia, sementara ia belum bertaubat dari kesalahannya?
14. الكونُ كلُّهُ ظُلْمةٌ وإِنَّما أَنارَهُ ظُهورُ الحقِّ فيهِ. فَمَنْ رَأى الكَوْنَ وَلَمْ يَشْهَدْهُ فيهِ أَوْ عِنْدَهُ أَوْ قَبْلَهُ أَوْ بَعْدَه فَقَدْ أَعْوَزَهُ وُجودُ الأَنْوارِ. وَحُجِبَتْ عَنْهُ شُموسُ المَعارِفِ بِسُحُبِ الآثارِ.
Alam ini serba gelap, ia menjadi terang hanyalah karena menifestasi (zhahir) Allah di dalamnya. Siapa melihat alam, namun tidak menyaksikan Allah di dalam atau bersamanya, sebelum atau sesudahnya, maka ia sangat memerlukan cahaya, dan surya makrifat terhalang baginya oleh awan benda-benda alam
15. مِمّا يَدُلُّكَ عَلَى وُجُودِ قَهْرِهِ سُبْحانَهُ أَنْ حَجَبَكَ عَنْهُ بِما لَيْسَ بِمَوْجودٍ مَعَهُ.
Diantara bukti yang memperlihatkan adanya kekuasaan Allah yang maha suci adalah, bahwa Dia menghalangimu dari melihat-Nya dengan tabir yang tidak wujud di sisi-Sya
16. كَيْفَ يُتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجُبَهُ شَيءٌ وَهُوَ الَّذِي أَظْهَرَ كُلَّ شَيءٍ!
Bagaimana mungkin dapat dibayangkan, kalau sesuatu dapat menjadi hijab atas-Nya, padahal Dia-lah yang menampakan segala sesuatu?
.17 كَيْفَ يُتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجُبَهُ شَيءٌ وَهُوَ الَّذِي ظَهَرَ بِكُلِّ شَيءٍ!
Bagaimana mungkin dapat dibayangkan, kalau sesuatu mampu menjadi hijab atas-Nya, apabila Dia-lah yang tampak ada pada segala sesuatu?
18. كَيْفَ يُتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجُبَهُ شَيءٌ وَهُوَ الَّذِي ظَهَرَ في كُلِّ شَيءٍ!
Bagaimana mungkin dapat dibayangkan, kalau sesuatu mampu untuk menjadi hijab atas-Nya, padahal Dia-lah yang terlihat dalam segala sesuatu
19.كَيْفَ يُتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجُبَهُ شَيءٌ وَهُوَ الَّذِي ظَهَرَ لِكُلِّ شَيءٍ!
Bagaimana mungkin dapat dibayangkan, kalau sesuatu mampu menjadi hijab atas-Nya, padahal Doa-lah yang maha tampak atas segala sesuatu?
20. كَيْفَ يُتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجُبَهُ شَيءٌ وَهُوَ الظّاهِرُ قَبْلَ وُجودِ كُلِّ شَيءٍ!
Lalu Bagaimana mungkin dapat dibayangkan, ada sesuatu mampu untuk menjadi penghalang atas-Nya, sedangkan Dia-lah Yang Mahaada sebelum adanya segala sesuatu?
21. كَيْفَ يُتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجُبَهُ شَيءٌ وَهُوَ أَظْهَرُ مِنْ كُلِّ شَيءٍ!
Bagaimana pula bisa dibayangkan, kalau sesuatu mampu untuk menjadi penghalang atas-Nya, sementara Dia (keberadaannya) lebih jelas (tampak) dari segala sesuatu itu sendiri?
22.كَيْفَ يُتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجُبَهُ شَيءٌ وَهُوَ الواحِدُ الَّذِي لَيْسَ مَعَهُ شَيءٌ!
Dan Bagaimana mungkin Dia akan dihijab oleh sesuatu, padahal Dia adalah Yang Mahaesa, yang tidak ada di samping-Nya sesuatu apapun?
23. كَيْفَ يُتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجُبَهُ شَيءٌ وَهُوَ أَقْرَبُ إلَيْكَ مِنْ كُلِّ شَيءٍ!
Bagaimana mungkin segala sesuatu akan mampu menghalangi-Nya, jika Dia lebih dekat kepadamu dari segala sesuatu itu sendiri?
Belum ada Komentar untuk "Terjemah Kitab Al Hikam"
Posting Komentar